Awalnya.. aku tekan kan sekali lagi padamu bahwa dulu
masalah itu tidak pernah terletak padamu. Kami sama sekali tidak punya masalah
denganmu. Sama sekali tidak pernah ada masalah denganmu. Kau tau tidak,
semenjak pembicaraan kita yang bersama-sama itu jujur saja aku kecewa semenjak
itu. Rasanya tak adil untuk kita.
Kau tau, hatiku berontak, berteriak, menangis, kenapa..
kenapa jadi seperti ini? Walaupun kau sudah bilang ‘kau tidak merasa benar juga
karena bicara begitu’ tapi perlakuan yang lain seolah-olah menyalahkan kita,
aku sendiri merasa di pojokan, aku sendiri merasa dijatuhkan di depan teman2
kelas yang lain. Kau masih ingat bahwa disana bukan hanya ada kita saja? Kau
ingat salah satu dari kita bicara membentak? Itu menyakitkan, aku bukan orang
yang bisa dibentak. Apalagi orang itu sebenarnya yang banyak tidak disukai oleh
kita. Tapi kenapa kalian waktu itu tidak membahas habis sekalian masalah dengan
dia? Kenapa? Kenapa yang dibicarakan hanya karena dia suka diam, murung kalau
ada masalah, padahal masalahnya bukan hanya itu. Aku sudah berusaha bicara,
tapi kalian hanya diam saja. Kalian seolah-olah tidak ingin membahasnya, kalian
seolah-olah membelanya dan justru memojokan kita. Sedangkan masalah dengan
kita yang kita anggap itu bukan masalah, kalian besarkan. Kalian bahas seolah-olah
kita bersalah besar. Setelah selang beberapa waktu, kita tidak pernah membahasnya
lagi bahkan mengungkitnya pun tidak. Lalu kau tiba2 muncul di sosmed dan
mencurahkan semuanya, kalau saja aku tidak melihat mungkin masih bisa kita
berteman dekat seperti dahulu. Tapi aku juga manusia, tidak bisa sempurna. Kau berbicara
seolah-olah kita ini hina, hina sekali. Sekarang kau bilang lagi “ampuni mereka
yang mebuatku terluka”, dulu kau juga bilang “semoga kau temukan teman yang
bisa mengingatkanmu pada ALLAH”, lalu kau bilang “biarlah ini semua jadi
penawar dosaku”, apa itu tidak cukup untuk mengartikan bahwa kami ini hina,
kami sudah salah, salah besar. Padahal persoalan ini bukan terletak padamu, aku
tidak pernah membencimu sedikitpun, tidak pernah. Karena dari dulu kau yang
paling tidak banyak bicara, kau bisa meluruskan diantara teman yang lain, kau
teman yang menyenangkan, jadi apa alasannya aku harus tidak suka padamu? Aku menyayangimu kawan, lalu kita harus bagaimana? Kau sudah mengambil kesimpulan sendiri. Kami bukan
menghindar, kami bukan mengelak, tapi semenjak pembicaraan di sosmed itu antara
kau, aku, dan dia. Kau langsung menjauh, diam, tak pernah memberi kesempatan
aku untuk tersenyum padamu. Sudah ku duga, akan seperti ini. Sudah kuduga kau
akan menjauh, lalu kita bisa apalagi?
Kau tau kejadian sebenarnya seperti apa? Kalau bisa aku
beberkan, aku beberkan semua. Tapi rasanya tak pantas berbicara disosmed
seperti ini. Jika penjelasan sedetailnya kau perlu tau, aku akan jelaskan
untukmu. Terlepas ini terlambat atau tidak, aku hanya tak tahan menahannya
terlalu lama. Itupun jika kau masih ingin berbicara langsung dengan kita. Tapi perlu
kau ingat resikonya membicarakan ini lagi, aku tidak ingin berdosa karena salah
satu teman kita sudah tidak berada di tempat yang sama2 lagi. Karena nantinya
apa yang akan kita bicarakan ini menyangkut semuanya, sedetailnya biar kau tau,
biar kau jelas. Tak apa kau menganggap kita salah, silahkan saja. Aku juga
menyadari aku bukan perempuan yang suci dan sempurna.
Mungkin memang perkataanku kurang berkenan, maaf sekali kata-kata
yang tidak berkenan itu bukan di tujukan untukmu. Karena persoalan ini bukan
terletak padamu. BUKAN. Tapi kau
terus saja membahasnya di sosmed. Kau tidak mengerti juga. Selebihnya jika memang
aku pernah berbicara tidak enak, yang menyakitkan hatimu aku minta maaf. Maaf sekali.
Aku tidak akan memaksa kau untuk kembali seperti dulu dan memaafkan. Semua terserah
kau. Kalau kau senang seperti ini yasudah, itu pilihanmu. Aku tidak akan
memaksa, aku ikut senang kalau kau juga senang :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar