Kamis, 09 Januari 2014

Alunan Selo Tentang Kita



Entahlah kau masih menganggap kita berkawan atau tidak, aku tidak ingin menafsirkannya sendiri. Aku tahu persoalan ini tidak akan selesai sampai ada yang bicara. Awalnya aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa tidak ingin mengungkit ini kembali, tapi persoalan ini nantinya tidak akan selesai. Aku tahu itu. Apalagi kau terus saja berbicara pada sosmed yang pasti semua orang akan membacanya. Aku tidak bisa diam terus-terusan memendam. Disini bukan hanya kau yang merasa sakit, terluka dan di kecewakan. Aku tidak habis pikir kenapa masalah ini jadi denganmu, teman yang kusukai karena kesukaannya sama denganku, teman yang sangat menyenangkan diajak bicara, teman yang sangat baik untuk ku, tapi kenapa jadi seperti ini? Baiklah, aku yang akan mewakili pembicaraan ini. Aku yang akan mencoba menjelaskan. Semoga kali ini kau paham.

Awalnya.. aku tekan kan sekali lagi padamu bahwa dulu masalah itu tidak pernah terletak padamu. Kami sama sekali tidak punya masalah denganmu. Sama sekali tidak pernah ada masalah denganmu. Kau tau tidak, semenjak pembicaraan kita yang bersama-sama itu jujur saja aku kecewa semenjak itu. Rasanya tak adil untuk kita.

Kau tau, hatiku berontak, berteriak, menangis, kenapa.. kenapa jadi seperti ini? Walaupun kau sudah bilang ‘kau tidak merasa benar juga karena bicara begitu’ tapi perlakuan yang lain seolah-olah menyalahkan kita, aku sendiri merasa di pojokan, aku sendiri merasa dijatuhkan di depan teman2 kelas yang lain. Kau masih ingat bahwa disana bukan hanya ada kita saja? Kau ingat salah satu dari kita bicara membentak? Itu menyakitkan, aku bukan orang yang bisa dibentak. Apalagi orang itu sebenarnya yang banyak tidak disukai oleh kita. Tapi kenapa kalian waktu itu tidak membahas habis sekalian masalah dengan dia? Kenapa? Kenapa yang dibicarakan hanya karena dia suka diam, murung kalau ada masalah, padahal masalahnya bukan hanya itu. Aku sudah berusaha bicara, tapi kalian hanya diam saja. Kalian seolah-olah tidak ingin membahasnya, kalian seolah-olah membelanya dan justru memojokan kita. Sedangkan masalah dengan kita yang kita anggap itu bukan masalah, kalian besarkan. Kalian bahas seolah-olah kita bersalah besar. Setelah selang beberapa waktu, kita tidak pernah membahasnya lagi bahkan mengungkitnya pun tidak. Lalu kau tiba2 muncul di sosmed dan mencurahkan semuanya, kalau saja aku tidak melihat mungkin masih bisa kita berteman dekat seperti dahulu. Tapi aku juga manusia, tidak bisa sempurna. Kau berbicara seolah-olah kita ini hina, hina sekali. Sekarang kau bilang lagi “ampuni mereka yang mebuatku terluka”, dulu kau juga bilang “semoga kau temukan teman yang bisa mengingatkanmu pada ALLAH”, lalu kau bilang “biarlah ini semua jadi penawar dosaku”, apa itu tidak cukup untuk mengartikan bahwa kami ini hina, kami sudah salah, salah besar. Padahal persoalan ini bukan terletak padamu, aku tidak pernah membencimu sedikitpun, tidak pernah. Karena dari dulu kau yang paling tidak banyak bicara, kau bisa meluruskan diantara teman yang lain, kau teman yang menyenangkan, jadi apa alasannya aku harus tidak suka padamu? Aku menyayangimu kawan, lalu kita harus bagaimana? Kau sudah mengambil kesimpulan sendiri. Kami bukan menghindar, kami bukan mengelak, tapi semenjak pembicaraan di sosmed itu antara kau, aku, dan dia. Kau langsung menjauh, diam, tak pernah memberi kesempatan aku untuk tersenyum padamu. Sudah ku duga, akan seperti ini. Sudah kuduga kau akan menjauh, lalu kita bisa apalagi?


 
Kau tau kejadian sebenarnya seperti apa? Kalau bisa aku beberkan, aku beberkan semua. Tapi rasanya tak pantas berbicara disosmed seperti ini. Jika penjelasan sedetailnya kau perlu tau, aku akan jelaskan untukmu. Terlepas ini terlambat atau tidak, aku hanya tak tahan menahannya terlalu lama. Itupun jika kau masih ingin berbicara langsung dengan kita. Tapi perlu kau ingat resikonya membicarakan ini lagi, aku tidak ingin berdosa karena salah satu teman kita sudah tidak berada di tempat yang sama2 lagi. Karena nantinya apa yang akan kita bicarakan ini menyangkut semuanya, sedetailnya biar kau tau, biar kau jelas. Tak apa kau menganggap kita salah, silahkan saja. Aku juga menyadari aku bukan perempuan yang suci dan sempurna.
Mungkin memang perkataanku kurang berkenan, maaf sekali kata-kata yang tidak berkenan itu bukan di tujukan untukmu. Karena persoalan ini bukan terletak padamu. BUKAN. Tapi kau terus saja membahasnya di sosmed. Kau tidak mengerti juga. Selebihnya jika memang aku pernah berbicara tidak enak, yang menyakitkan hatimu aku minta maaf. Maaf sekali. Aku tidak akan memaksa kau untuk kembali seperti dulu dan memaafkan. Semua terserah kau. Kalau kau senang seperti ini yasudah, itu pilihanmu. Aku tidak akan memaksa, aku ikut senang kalau kau juga senang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar